Rabu, 23 Mei 2012

[FanFiction] When You Walk Away

Karena nganggur, aku putusin nulis ff ini.. ff yang ditulis gara-gara sebuah lagu yang sangat suka aku dengar, akhir-akhir ni aku suka banget dengar lagu-lagu ballad. Saking sukanya, aku suka terbawa-bawa kesana kemari /hayah!
Walaupun tulisan ini juga ga ada kaitannya sama lagu-lagu ballad itu, rasanya tangan ini gatel pingin nulis..(kenapa ga di garuk aja?). :p
Aku juga lagi suka banget sama AJ.. otak rasanya teracuni oleh si mas AJ!>,<
Rasanya pengin dancing-dancing shoes gitu.. berubung ga bisa, ya begini aja!
lagu yang membawaku sampek ke sini adalh: AJ- Dancing Shoes
                   SHINee- Please don’t go
                               AJ ft HS- Let it snow
                   n masi bnyk lg!
#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-
Aku benar-benar sulit untuk percaya! sulit bagiku mendengar apa yang baru saja dikatakannya..
Sadarkah ia atas apa yang telah ia lakukan pdaku?
Apa kesalahanku? Kenapa semuanya terjadi secara tiba-tiba?
Kenapa? kenapa ia harus menghancurkan semuanya disaat yang tidak tepat?
Namja bodoh! Bodoh! Aku benci padamu, B-E-N-C-I!
Hiks.. T.T
#~#~#~#~#~#
Aissh, noona! Kau di mana?
Kenapa kau tidak menungguku di tempat seharusnya kita bertemu?
Apa terlambat 10 menit saja sudah merubah pikiranmu untuk meninggalkanku?
Apa kau ingin membatalkan rencana kita?
Ah! Andwae! Aku telah menunggu hari ini sejak lama! Bahkan aku rela menunggu dan mencarimu selama 1 jam di sini!
Aigoo noona! Kau di mana? Bahkan kau tidak menjwab telponku!
Noona!! >.<
#~#~#~#~#~#
Author pov-

“Noona! Noona.. kau di mana?” teriak seorang namja di tengah-tengah taman. Ia tahu apa yang ia lakukan sangat memalukan, banyak orang memperhatikannya yang sedari tadi berteriak-teriak di taman. Tapi ia tak peduli karena ia sudah frustasi.

“Aissh, apa dia tidak datang?” gumam namja itu pada dirinya sendiri. Ia benar-benar bingung dan kesal karena tak kunjung bertemu dengan orang yang ia cari. Ia merasa ada yang salah, karena ini bukanlah hal biasa.

Namja itu kini duduk di bangku kelelahan setelah berkeliling taman, melihat setiap sudut taman yang mungkin saja ia bisa menemukan orang yang ia cari. Namun hasilnya nihil.

‘Apa dia masih di kampusnya?’ batin namja itu sambil melirik jam tangan warna ungunya yang menunjukkan pukul 15.00.
Segera ia meninggalkan taman dan pergi ke tempat yang ia tuju.

#~#~#~#~#~#
“Ah! Itu dia!” terlihat seorang yeoja berambut pendek sedang duduk di bangku sendirian.

Namja bernama GiKwang itu merasa amat lega, ia ingin segera menemui yeoja yang dipanggilnya noona itu. Entah kemana perginya rasa kesal tadi. Yang ada di pikirannya sekarang adalah hanya ingin segera menemuinya.

“Noona! Kenapa kau ada di sini? Bukankah..” kalimatnya terhenti begitu melihat yeoja di depannya sedang menangis terisak.

“Noona, kau.. kau kenapa?” tanya GiKwang kebingungan, melihat yeoja di depannya menangis tanpa ia tahu penyebabnya.

“Noona.. apa yang membuatmu jadi seperti ini?” tanya GiKwang lagi. Tetapi Yeoja itu hanya melihatnya sekilas dan kembali menangis. Membuat GiKwang jadi semakin bingung.

“Noona, uljima..” kata GiKwang akhirnya sambil menepuk bahu noonanya. Karena terlalu bingung dengan noonanya itu, GiKwang memilih untuk duduk di sebelahnya.

GiKwang menghela napas panjang sambil mengamati keadaan yeoja di sebelahnya yang tampak sangat berantakan. “Noona, kau bisa menberitahuku apa yang terjadi” kata GiKwang lagi. Namun tak ada respon dari yeoja itu.

“Dujun pabboya!” gumam yeoja itu disela tangisnya. Wajahnya tampak sangat kecewa. GiKwang yang mendengar perkataan noonanya yang samar-samar itu, menjadi kaget.


“Du, Dujun hyung?” GiKwang memutar bahu yeoja itu sehingga berhadapan dengannya. “Apa yang telah ia lakukan padamu?” tanya GiKwang lagi dengan penasaran. Di tatapnya wajah yeoja itu dalam. Mata kucingnya yang khas itu membulat, mata kucing yang selalu berhasil membuat yeoja manapun tertegun.

“Noona?” tanyanya lagi sambil menaikkan alisnya.

Yeoja yang tadinya berhenti menangis karena tertegun itu pun kembali menangis, bahkan lebih kencang dari yang sebelumnya. GiKwang yang sudah penasaran jadi kesal dan frustasi.

‘Aigo! Kenapa ia menangis lagi?’ batin GiKwang kesal

“Ah, baiklah noona! Mungkin belum saatnya kau menceritakannya padaku” kata GiKwang berharap noonanya mengehentikan tangisnya. “Uljima..”

GiKwang hanya bisa duduk diam di sampingnya sambil menepuk-nepuk punggung noonanya. Ia juga sedang berpikir  apa yang dapat ia lakukan di saat seperti ini. Namun ada sesuatu yang membuatnya merasa ganjil dan tidak enak dari tadi. Dilihatnya orang-orang sekeliling yang memandang mereka berdua dengan tatapan aneh.

Bahkan ada seorang ahjumma yang memandang GiKwang sinis dan seakan-akan berkata, ‘Apa yang telah ia lakukan pada yeojanya?’

GiKwang benar-benar merasa risih dengan tatapan yang seakan telah menghakiminya itu. Bahkan dia telah mencoba menjelaskan pada semua orang dengan bahasa isyarat bahwa dia bukanlah orang yang telah melakukan kejahatan pada yeoja di sampingnya itu. Dan dari awalnya GiKwang memang tidak mengetahui apapun.

“Hyerin noona, sebaiknya kau berherhenti menangis, karena ini benar-benar tidak wajar” gumam GiKwang berbisik pada yeoja bernama Kim Hyerin itu.

Sedangkan Hyerin tidak perduli dengan pandangan di sekelilingnya, ia hanya terus menangis. Tatapan aneh orang-orang di sekitarnya tak sebanding dengan rasa kesal dan kecewanya terhadap seorang namja yang telah menghancurkan hatinya. Ia benar-benar tidak rela!

GiKwang pun akhirnya merasa harus mengambil langkah cepat,”Noona, lihat aku! Hapus air matamu!” kata GiKwang seraya menyeka air mata yeoja yang lebih tua darinya setahun setengah itu dengan jarinya.

“Lebih baik kita segera pergi dari tempat ini. Sebelum terjadi kesalah pahaman lebih jauh” tambahnya lagi sambil membantu Hyerin berdiri, tak lupa ia membawakan tas Hyerin yang ternyata cukup berat. Merangkulnya, dan segera pergi dari sana.

#~#~#~#~#~#

“Noona, kali ini biarkan aku saja  yang menyetir, ara?” kata GiKwang memohon. Seperti biasa ia tidak terlalu yakin bisa menyetir mobil kesayangan noonanya itu. Dengan berbagai alasan Hyerin selalu melarang GiKwang untuk menyetir mobilnya. Menurutnya, GiKwang pun juga masih SMA.

“Igeo..” tak disangka, dengan mudahnya Hyerin menyerahkan kunci mobil kesayangannya pada GiKwang, namja yang selalu dianggapnya sebagai bocah SMA ingusan yang bahkan belum pantas menyetir, apalagi mobil kesayangnnya.

GiKwang benar-benar surprise dan bingung, apa yang seharusnya ia rasakan sekarang, senang? Prihatin? Molla.. yang ia tahu sekarang adalah noonanya memang sedang bermasalah.

“Noona, kwaenchanayo?” tanya GiKwang seraya menepelkan punggung tangannya ke kening Hyerin. Apakah Hyerin sedang panas?

“Aissh! Kemudikan saja mobilnya!!” kata Hyerin melotot sambil menepis tangan dongsaengnya itu. Ia sedang tidak ingin main-main.

“Kekeke.. baiklah” jawab GiKwang terkekeh melihat noonanya yang kesal. Ia suka melihat noonanya yang seperti itu. Nomu Kyeopta!

Sepanjang perjalanan GiKwang terus fokus melihat jalanan, dan sesekali melirik ke arah Hyerin yang terus menatap jendela mobil. GiKwang pun juga berusaha mencairkan suasana dengan membicarakan hal-hal yang biasa mereka berdua bicarakan. Namun Hyerin tidak bicara banyak. Membuat semuanya terasa sia-sia. Namun GiKwang lega karena akhirnya Hyerin telah menghentikan tangisnya.

“Noona, bisakah kita melakukan rencana kita semula?” tanya GiKwang penuh harap. Ia ingin sekali melakukan rencana yang telah ia buat jauh-jauh hari bersama noonanya. Tiba–tiba ia mengatakan hal yang tidak mungkin di saat yang tidak tepat.

“Uh, Rencana? Rencana apa?” tanya Hyerin bingung dengan suaranya yang masih parau.

‘Aish, GiKwang pabboya! Kenapa bicara soal itu? Tentu saja ia tidak ingat’ batin GiKwang kesal pada dirinya sendiri. Melihat keadaan Hyerin yang seperti sekarang, tidak mungkin ia bisa melakukan rencananya bersama Hyerin. Mungkin lain kali.

“Err,, ani.. mungkin lain kali” kata GiKwang mencoba untuk tidak membicarakannya.

“Katakan, rencana apa?” tanya Hyerin mencoba mencari tahu.

“Sudahlah noona, lain kali saja. Atau mungkin lupakan saja” kata GiKwang dengan nada yang agak kecewa. Tapi ia pun tahu bahwa untuk saat ini memang tidak mungkin

Hyerin hanya mengangguk lesu. “Kwangie, mianhae.. aku harap aku bisa mengingat rencana kita itu. Kau tahu keadaanku..mianhae” kata Hyerin menunduk

“Ah, ani noona.. kwaenchana. Tenangkan saja dirimu dulu” kata GiKwang mencoba bersikap biasa. Padahal dia ingin sekali berteriak dan menangis-ckckck dasar- tapi ia bangga dengan perkataanya barusan.

CCIIITTT!!   

“Ya! kenapa berhenti mendadak?! Kau ingin kita mati huh?” teriak Hyerin shock. Kepalanya hampir saja terbentur kaca mobil.

“Aaah.. mianhae, mianhae, aku kurang memperhitungkannya..” jawab GiKwang tersenyum sambil menyipitkan matanya.

“That’s why I never let you drive my car!” kata Hyerin kesal. Apa yang ditakutkannya benar-benar terjadi.

“Ya, ya, I’m sorry..” kata GiKwang menggoyang-goyangkan kepalanya. Dia benar-benar namja yang imut! Membuat Hyerin sulit untuk benar-benar marah padanya.

“Hajiman.. Kenapa kita berhenti di sini? Tujuan kita adalah rumahmu, setelah mengantarkanmu aku akan pulang ke arpatemenku” tanya Hyerin heran.

“Noona, memangnya untuk apa aku menemuimu tadi? Walaupun sebentar, aku ingin hari ini tidak berakhir dengan sia-sia” kata GiKwang menaikkan nada suaranya. Hyerin hanya menyipitkan matanya. Sementara GiKwang sudah turun dari mobil.

“Kajja!” GiKwang menarik tangan Hyerin turun dari mobil dan membawanya masuk ke sebuah kafe. Hyerin yang tubuhnya jauh lebih kecil, tidak dapat mengelak.

~At Cafe~

“Silahkan dinikmati” kata seorang namja pelayan kafe dengan ramah. GiKwang dan Hyerin membalasnya dengan senyum.

“Jawab pertanyaanku, kau sudah tahu aku sedang dalam mood yang jelek. Kenapa kau malah membawaku pergi minum cokelat panas huh?” tanya Hyerin pada GiKwang.

“Noona, minum dulu cokelatmu..” jawab Gikwang santai. Hyerin jadi kesal. ”Kurae, kurae setelah kau minum, akan ku jawab pertanyaanmu” lanjut GiKwang yang ngeri karena tatapan Hyerin yang mengintimidasinya (?).

Entah kenapa Hyerin menurut saja dengan perkataan dongsaengnya itu. Mungkin karena dia butuh energi sehabis menangis tadi, dan lagi di luar tadi memang sangat dingin. Setelah meminum cokelat panas yang memang kesukaannya itu, perasaannya jadi lebih enak dan tenang. Wajahnya jadi terasa hangat. Hyerin jadi mengerti maksud GiKwang membawanya ke tempat ini.

GiKwang yang melihat rona merah di wajah yeoja yang duduk di hadapannya itu malah jadi tersipu. Hyerin jadi terlihat benar-benar manis, ditambah dengan noda cokelat kecil di sela bibirnya.

“Waeyo?” tanya Hyerin agak risih. Melihat GiKwang tersenyum-senyum sendiri.

“khkhhk.. ani! Jadi bagaimana perasaanmu?” GiKwang balik bertanya.

“Hmm.. hangat.. dan tenang” jawab Hyerin sambil memutar-mutar cangkirnya. “Gomawo GiKwang.ah”

GiKwang tertawa kecil, “Noona, walaupun aku belum mengerti apa masalahmu saat ini, yang penting aku ingin kau tenang dan rileks dulu”

Hyerin hanya tersenyum kecil, dongsaengnya itu memang tahu apa yang di butuhkannya saat ini..


“Chaka..” kata Gikwang  tiba-tiba sambil memutar-mutar telunjuknya di sekita wajah Hyerin. Di ikuti dengan matanya yang membulat seperti membidik sesuatu di wajah Hyerin. Hyerin mencoba mendekatkan wajahnya mencari tahu.

Dan, hup! Telunjuk GiKwang menyentuh ujung bibir Hyerin membersihkan noda cokelat itu, dan hendak memasukkannya ke mulutnya sendiri,

“Ah, Andwae!” tiba-tiba Hyerin menahan tangan GiKwang yang hendak memasukkan telunjuknya  ke mulutnya –mulut GiKwang sendiri-.

“Mwo?” GiKwang kaget


“Ya! kau bodoh!” bentak Hyerin marah.

Plakk!! Hyerin memukul kening GiKwang dengan keras. Membuat GiKwang kesakitan dan tersentak dari kursinya.

“Aissh!! Noona..! wae? Ke, kenapa memukulku??” GiKwang kesal karena noonanya memukul kepalanya dengan keras secara tiba-tiba.

“Ya! bagaimana bisa kau hendak memasukkannya ke mulutmu dan mengambil first kk..” Hyerin gelagapan, ia tak melanjutkan kalimatnya. Hampir saja ia mengatakan sesuatu yang sangat rahasia baginya dan penting bagi harga dirinya.

“Mwo? Mengambil apa? F-I-R-K?” tanya Gikwang karena tidak jelas.

BRAKK!

“Ah, sudahlah! Aku ingin pulang! Moodku jelek lagi karenamu!” kata Hyerin lalu berdiri meninggalkan GiKwang. Yang masih melongo di mejanya.
Hyerin pergi dengan kesal tanpa membayar pesanannya. GiKwanglah yang akan membayarnya! Lagi pula yang mengajaknya ke sini kan dia! Pikirnya.

“Noona! Cham, chamkanman!” teriak GiKwang menyelesaikan pembayaran dan segera menyusul  Hyerin keluar.
Aish noona! Kenapa lagi denganmu?

“Noonaa!”

CRIIK!

GiKwang berhenti melihat ada sesuatu yang jatuh dari sakunya. Kunci, kunci mobil Hyerin. Pasti Hyerin lupa bahwa yang membawa kunci mobilnya adalah GiKwang. Saat itu pula Hyerin telah hilang dari pandangannya. GiKwang tadi memang memarkir mobilnya agak jauh dari kafe.

Ah, tak ada waktu lagi untuk banyak berpikir, ia harus segera menyusul noonanya. Bisa gawat jika ia dibiarkan jalan sendiri dengan emosi seperti itu!

#~#~#~ #~#~#

‘Hyerin bodoh, kenapa kau harus jadi semarah itu? Aissh, memalukan’ batin Hyerin sambil terus berjalan cepat tanpa melihat jalanan. Anehnya ia tak kunjung menemukan di mana mobilnya terparkir tadi. Ah, dia lupa! Lupa di mana tadi GiKwang memarkir mobilnya!

Hyerin terus berputar-putar menelusuri jalanan yang tadi dilewatinya. Tapi ia tak juga ingat di mana memarkirkan mobilnya, apa lagi ingat di mana tempatnya. Itulah kelemahan Hyerin, jika sedang emosi, ia jadi blank akan hal-hal yang penting.

Hyerin sudah sangat lelah berjalan kesana-kemari tanpa menemukan apapun. Apalagi hari ini cuacanya sangat dingin. Ia memilih duduk di sebuah trotoar sambil menghangatkan diri. Ia berharap akan ada keajaiban datang di hari yang benar-benar sial baginya ini.

GiKwang!

Di mana dia sekarang?

Bodohnya aku meninggalkannya tadi,

GiKwang, kau di mana? cepatlah datang, maafkan aku..

Tapi cepatlah temukan aku, aku dingin di sini!

Batin Hyerin sambil memperhatikan layar handponenya yang sebentar lagi akan mati.

Dan . . . MATI

#~#~#~ #~#~#

Noona, kau pergi ke mana?

GiKwang menyetir mobil noonanya menelusuri jalanan sekitar kafe dan beberapa tempat yang mungkin bisa didatangi oleh Hyerin. GiKwang berpikir bisa saja Hyerin pulang ke arpatemennya dengan bus. Tapi ia juga tahu sifat noonanya yang keras kepala. Ia tidak akan pulang tanpa membawa mobilnya serta.

GiKwang menghentikan mobil di depan sebuah pertokoan yang akan tutup. Ia melihat yeoja berambut pendek yang persis seperti Hyerin sedang menunduk memeluk lututnya di trotoar depan toko. Tak salah lagi itu memang Hyerin!

Segera GiKwang turun dari mobil dan menghampiri Hyerin yang dari tadi tidak bergerak.

“Ah, noona! Mianhae..” kata GiKwang dengan sangat cemas

“Ya, apa kau kekasihnya?” terdengar suara seorang Ahjussi dari dalam toko yang hendak tutup itu.

GiKwang menoleh ke arah sumber suara itu. “Dari tadi yeoja ini terus duduk di sini, di hari sedingin ini dia terus duduk di trotoar demi menunggumu, bahkan dia tidak mau ku ajak masuk ke dalam toko sekedar menghangatkan diri” kata ahjussi itu.

GiKwang jadi merasa sangat bersalah, dilihatnya Hyerin yang pucat karena kedinginan dan tidak fokus. ”Ahjussi, terimakasih telah menjaganya ..” kata GiKwang dan segera menggendong noonanya masuk mobil.

‘Aigo, noona.. maafkan aku tidak segera menemukanmu’ batin GiKwang merasa sangat bersalah

Segera dipacunya mobil Hyerin menuju arpatemennya. Akan lebih baik Jika Hyerin segera beristirahat.

#~#~#~ #~#~#

07.00 KST

Hyerin pov-

Kubuka mataku perlahan, sinar matahari menerpa wajahku hangat.

Tapi kenapa rasanya tubuhkku berat sekali untuk digerakkan?

Kulihat jam telah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Aish! Kenapa aku bisa bangun telat?

Segera dengan memaksakan tubuh, aku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Apa ini? Kulihat ada secarik kertas di kunci mobilku yang bertuliskan :

Noona, maafkan aku soal yang kemarin sore, aku benar-benar minta maaf!

Noona, aku harap keadaanmu segera membaik  @.@

Dan jika kau ingin menemuiku dan membicarakan masalahmu, kau bisa menghubungiku kapanpun!

Sekali lagi, maafkan aku ya..

GiKwang ^-^

Aku hanya menggelengkan kepala mengingat kembali kejadian kemarin, aku telah merusak segalannya!

Segera aku mengambil kunci mobil dan keluar kamar.

#~#~#~ #~#~#

“Onnie.. kau tidak sarapan dulu?” tanya Soorin, adikku dari ruang makan.

“Tidak ada waktu, aku harus segera berangkat” jawabku sambil mengenakan sepatu.

“Kalau begitu..” tiba-tiba Soorin sudah ada di sampingku dan menyuapiku sepotong roti bakar.

“Ggom..ma..wo” jawabku tidak jelas karena harus mengunyah rotinya. Ia hanya tersenyum manis seperti biasanya. Eh, bukannya dia cerewet?

#~#~#~ #~#~#

Aigoo, kenapa aku jadi berantakan seperti ini? Semua kertas berserakan di dalam map yang biasanya tertata rapi. Sambil berjalan, dengan cepat aku menata ulang tumpukan kertas bahan yang akan aku presentasikan di depan dosen nanti.

Yang ini di sini, yang ini di sini, dan yang ini di si..

BUKK!

Aish, semua kertas yang sedang  ku tata rapi tadi berserakan jatuh ke bawah setelah seseorang menabrakku dengan keras, walaupun bahu kami bertabrakan, untungnya aku tidak sampai jatuh.

“Oh, mianhae agasshi..” kudengar suara seorang namja yang menabrakku, ia membungkuk sambil membereskan kertas-kertas yang berserakan, tangan kanannya masih berkutat dengan handponenya.

Namja ini.. Kulihat wajahnya yang sangat tampan, matanya tajam menatap penuh dengan karisma. Tatapannya yang sangat ku kenal, yang selalu membuatku merasa seperti ada yang menahanku. Dia, namja yang dulu selalu ada bersamaku. Namja yang aku yakin bisa selalu melindungiku, menjadi tumpuanku…

Tapi, kenapa harapan-harapan itu harus kandas? Apakah salah mengaharapkan hal itu? Bahkan hanya dengan bersamanya saja itu sudah cukup. Apakah sesulit itu untuk memenuhinya? Setidaknya beri aku alasan yang cukup, tidak! tapi jelas bagiku untuk mengerti dan melepasmu dengan baik.. Tidak bisakah kita… mengakhiri ini dengan baik?... (enakx denger- Clenching a tight fist)

Yoon DuJun..

“H..H..Hyerin.ah…” kudengar suaranya memanggil namaku, ragu. Ya Tuhan.. suara itu, suara yang selalu ingin kudengar.

Aish! Bodohnya aku melamun di saat seperti ini! Apa lagi melamunkan namja sepertinya!

“Ne.. mianhamnida” jawabku dengan formal, mengambil kertasnya dan membungkuk seakan inilah pertemuan pertama kami. Mungkin ini akan mengagetkannya, tapi aku benar-benar tidak ingin terjebak dalam situasi yang akan memnyulitkanku. Aku ingin segera pergi dari sini..

SET..

Dengan cepat ia menahan lenganku, aku tahu dia akan kaget dan heran.

“Maaf tuan, tapi aku harus pergi” jawabku datar tanpa menoleh ke arahnya.

“Hyerin, kenapa? Kenapa begini?” tanyanya

Kenapa? Kenapa begini? Memurutmu kenapa? Aku juga tidak tahu mengapa, kaulah yang membuatnya jadi seperti ini, jadi menurutmu apa?

“Kenapa? Tanyakan pada dirimu sendiri tuan..” jawabku lirih dan berusaha melepas cengkramannya. Dan pergi dengan cepat.

















Aku merasa ada tititk air mata yang mengalir di pipiku. Aku benci harus jadi begini.. Dujun, maafkan aku, tapi kau juga yang telah menyebabkan hatiku terasa nyeri seperti ini..

~ To Be Continued (?)~

#~#~#~ #~#~#

“Onnie, kenapa dari tadi kerjaanmu hanya nyemil saja?” teriak Soorin dari arah dapur.

“Eh?..” jawabku acuh. Sambil terus mengunyah keripik kentangku.

“Hhh.. onnie, sadarkah kau bahwa kerjaanmu dari tadi hanya nyemil? Kau tidak takut berat badanmu bertambah?” kata Soorin lagi. Seperti biasa, ia selalu secerewet biasanya.

“Kalau tidak, Lalu kenapa?”

“Baiklah, terserah padamu saja! Setidaknya kau tidak lupa mencuci piring di dapur…” katanya lagi lalu masuk kamarnya. Ah iya, hari ini bagianku mencuci piring.

CRACK!

Terdengar suara berisik saat aku menginjak sesuatu di lantai, Omo.. di bawah cukup banyak bungkus-bungkus snack berserakan di mana-mana! Aku tidak sadar bahwa aku telah menghabiskan berbungkus-bungkus snack dari tadi. Cokelat, keju, gula-gula.. aigo.. tidak bisa dipercaya..

Setidaknya hanya inilah yang bisa aku lakukan untuk melampisakan rasa kesalku pada namja bernama Yoon Du.. Ah, mengucapkan namanya saja sulit bagiku! Kupikir dengan makan makanan kesukaanku seperti ini tidak akan mengganggu siapapun! Sudah cukup air mata yang ku keluarkan untuk namja sepertinya! Bayangkan, padahal hubungan kami baru berjalan, 7 bulan! Bahkan kami belum banyak melakukan hal yang biasa dilakukan sepasang kekasih, salah satunya….Yaish! lupakan!

Aku yakin, dia akan sangat menyesal melepaskanku begitu saja! Bahkan hanya untuk alasan yang tidak jelas.

#~#~#~ #~#~#

“Soorin.ah! kau sedang apa?” tanyaku dari ambang pintu kamarnya.

“Aku sedang berkebun..” katanya dengan senyum yang dibuat-buat.

“Jinjja?! Kenapa di kamar?” tanyaku dengan naïf

“Aigo, menurutmu memangnya aku sedang apa huh?” dia balik bertanya

“Ah, Arayo.. mmm Soorin, ayo kita keluar! Kita cari makan”

“Mwo? Tidak, aku sedang sibuk! Onnie pergi sendiri saja!” katanya menggeleng-geleng

“Aaah.. Jebbal! Adikku tercantik!” rayuku

“Mmm, kalau Onnie teraktir, aku ikut! Aku ingin makan steak”

BRAKK!!

Seketika itu juga kututup pintu kamarnya dan pergi. Apa-apaan dia?! Lebih baik aku pergi sendiri saja!

#~#~#~ #~#~#

GiKwang pov-

Kenapa omma tidak menyisakan makanannya untukku? Apa aku harus mencari makan sendiri setiap malam seperti ini?

Aku benar-benar tidak suka jika harus makan sendiri, lebih baik aku ke taman saja, main basket sendiri.

Bagaimana keadaan Hyerin noona sekarang ya? sudah seminggu sejak terakhir kali menemuinya. Apa dia tidak ada keinginan menghubungiku? apa dia juga telah benar-benar melupakan renacana merayakan kesuksesan tesku itu? Ah, sudahlah…

Nice shoot! Sepertinya kemampuanku bermain basket memang tidak dapat diragukan lagi! Hhhah, tapi percuma saja jika hanya bermain sendiri. Benar benar membosankan! Karena benar-benar bosan, yang bisa aku lakukan hanyalah mendribble bola ini terus menerus.. dan..

POWW!

Aish! Bolanya melambung dengan keras hingga jauh. Semoga tidak hilang.

“Ya! seharusnya kau harus belajar berhati-hati M-A-S-T-E-R” terdengar suara yeoja dari kegelapan, sepertinya tadi bolanya mengenai orang. Ah, siapapun di sana, aku minta maaf!

#~#~#~ #~#~#

Hyerin Pov-

Hah, kenapa semuanya tidak tampak begitu menarik? Sebenarnya perutku cukup lapar, tapi kenapa kakiku terus saja berjalan? Hah, bukannya seharusnya aku berhenti di kedai dan makan? Sebenarnya ada apa denganku?

BUKK!

Auch! Bola siapa yang mengenaiku ini? Aduh, kepalaku sakit..

Kulihat sekeliling, wah sepertinya aku telah berjalan sampai ke taman. Pasti ada seseorang yang bermain basket di taman! Lihat saja, akan ku peringatkan dia!

Kulihat ada seorang namja yang tampak sedang mencari sesuatu di semak-semak. Pastilah namja itu yang bermain basket. GiKwang? Ya, aku yakin namja itu adalah Lee GiKwang! Sudah seminggu sejak hari itu, wah! Bahkan belum sekalipun aku menghubunginya.

“Ya! seharusnya kau harus belajar berhati-hati M-A-S-T-E-R” godaku

“Wah, agasshi, mianhamnida…” balasnya dari kejauhan.

“Bola ini mengenai kepalaku! Dan rasannya benar-benar sakit” teriakku dengan mengubah sedikit suaraku.

“Wah, benarkah? Sekali lagi mianhamnida! Aku akan lebih berhati-hati” katanya sambil mendekat, tapi jarak kami masih terpaut beberapa meter. Dan lagi tempatku berdiri cukup gelap, sepertinya ia belum mengenaliku.

Hup! Ia menangkap bola yang ku lemparkan.

“Hyerin noona?” katanya, matanya terbelalak.

“Bagaimana kalu kita main satu-satu?” tantangku, aku memang tidak pandai bermain basket, tapi setidaknya aku bisa. Kami sering melakukannya bersama.

‘Bagaimana kepalamu?’ tanyannya dengan bahasa isyarat, karena sudah tidak terasa sakit aku menjawabnya dengan gelengan dan mengacungkan jempolku, dia tersenyum.. aigoo.. what a cute boy!

Permainanpun dimulai, akulah yang mendominasi pada awal permainan, aku berhasil memasukkan beberapa bola. Ya, aku tahu GiKwang pasti mengalah! Tapi aku tidak peduli, yang penting aku bisa mencetak angka!

Tapi sepertinnya GiKwang tidak bisa menahan kemampuannya terus menerus, ia mulai mendominasi permainan dan terus merebut bola dan mencetak angka. Aigo, bahkan untuk melawan orang sepertiku saja ia tampak habis habisan! Aku jadi kesulitan mendapatkan bola dan hanya jadi penonton yang masuk lapangan..

“Ya! apa kau begitu senang mengalahkan yeoja payah sepertiku?” godaku karena melihatnya yang girang karena terus mencetak angka.

“Ah! Aniyo noona..” katanya terkekeh sambil ngos-ngosan. Kacamata besar yang biasa dipakainya berembun. “Aku hanya senang bermain denganmu lagi”

“Kuraeyo? Kau tampak lebih menyukai bolanya dari pada aku” godaku lagi, dasar bocah, mungkin dipikirannya sekarang hanyalah bermain. Dia hanya tertawa

"GiKwang, mianhae.." kataku agak ragu.

"Mm, soal apa?" kenapa ia malah balik bertanya? apa aku harus mengungkit masalah hari itu?

"Soal sikapku yang... yang agak menyusahkanmu kemarin" kataku menunduk "Atau bahkan sangat menyusahkanmu"

Dia hanya tertawa, kenapa dari tadi ia terus tertawa? apa permintaan maafku ini tampak lucu?

"Kwaenchana~ aku hanya sedih ketika melihatmu menangis seperti waktu itu"

hhh.. hari itu aku merasa sangat bodoh menagis di depan GiKwang! Mungkin saat itu aku memang benar-benar tampak menyedihkan..

Kruyuuk~.. ha? suara apa itu? kulihat GiKwang yang menatap perutnya dengan lesu. Apa itu tadi suara perutnya? dia lapar?

"Aku lapar, ayo kita makan Jajangmyeon!" seruku lalu menarik lengan GiKwang

#~#~#~ #~#~#
~To Be Continued~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Your comment please.. ^^